Pasir Timbul Pulau Pahawang HOAX? Oseanografi Dapat Menjawabnya

Agus Suryadi
9 min readMay 9, 2021

--

Pulau Pahawang (Merah putih,2021)

Hallow guys, ini adalah kali pertama ku untuk menulis cerita hihihi. Jadi sekitar tanggal 8 Juni 2019 tepatnya pada hari laut sedunia aku bersama sepupu ku yang berasal dari Bekasi mengunjungi Pulau Pahawang. Karena Pulau Pahawang adalah salah satu spot snorkling terbaik di Lampung dan juga katanya ada pasir timbulnya yang bagus. Selain itu, tujuan wisata Pulau Pahawang Lampung ini masih banyak lagi, seperti menikmati pasir putih pantai, air laut yang sangat jernih, hingga banyak sekali spot foto yang tentunya instagramable. Tentu saja saat menjelang sore bisa melihat sunset yang menjadi daya tarik magis tambahan melengkapi kebutuhan liburan di pulau eksotis ini.

Oke jadi perjalananku dimulai dari dari Terminal Rajabasa sekitar pukul 08:00 WIB ( ini kesiangan sih) menggunakan sepeda motor, seharunya aku berangkat pukul 06:00 WIB. Setelah sekitar 1 jam perjalanan akhirnya kami sampai di Pelabuhan Ketapang. Kemudian di sana kami memesan tiket open trip Pulau Pahawang senilai Rp150.000.00,- . Oh iya kalian bisa juga memesannya secara online sebelumnya dengan menghubungi melalui Whatsapp yang tersebar banyak di Instagram. Di sana banyak yang menawarkan berbagai paket open trip Pulau Pahawang dengan titik awal penjemputan yang beragam juga. Setelah memesan tiket kami langsung berganti pakaian dan memilih alat snorkel sesuai ukuran kita. setelah itu kami menunggu kapal yang kami pesan open trip belum terisi penuh karena saat sampai di lokasi kami sudah sedikit siang dan sudah banyak wisatawan yang berangkat dari pagi.

Perjalanan Menuju Pulau Pahawang Besar (Dokumen pribadi,2019)

Setelah perahu penuh diisi sekitar 12 penumpang, akhirnya kami berangkat menuju Pulau Pahawang. Waktu tempuh sampai ke Pulau Pahawang Besar sekitar setengah jam. Sebelum singgah ke Pulau Pahawang Besar, sekitar ukul 10:30 WIB, kami berhenti di Snorkling Taman Nemo .Dari namanya sudah sangat jelas, disini merupakan tempat nongkrongnya para clownfish dengan jenis seperti yang terdapat pada film “Finding Nemo”. Spot Nemo ini letaknya tidak jauh dari Pulau Pahawang besar. Sebenarnya spot ini merupakan spot buatan yang dibuat warga sekitar untuk menjadi salah satu ciri khas dari Pulau Pahawang. Di tempat ini juga kita bisa berfoto di bawah laut dengan tulisan “Pulau Pahawang Wisataku”. Setelah cukup puas snorkling di sini kami melanjutkan trip ke Pulau Pahawang Besar.

Spot Foto Taman Nemo (dokumen pribadi,2019)

Pulau Pahawang Besar merupakan pulau utama. Disini terdapat penduduk, penginapan dan juga fasilitas lainnya. Luas pulau ini kurang lebih 1000 hektar dan di huni oleh kurang lebih 1000 kepala keluarga.Di Pahawang besar sudah terdapat fasiltias umum seperti puskesmas, dan juga sekolah. Biasanya pengunjung yang wisata ke pulau pahawang menginap di pulau pahawang besar. Kami sampai di Pulau Pahawang Besar sekitar pukul 12:30 WIB. Sehingga tujuan utama kami di pulau ini yaitu untuk isoma. Di sini kami langsung disuguhkan makan siang perasmanan. Masakannya enak-enak loh :) terutama olahan ikan dan sambalnya. Oiya tiket open trip tadi sudah termasuk makan siang ini ya. Setelah makan siang, kami dipersilahkan untuk sedikit beristirahat sambil berfoto-foto.

Makan Siang di Pulau Pahawang besar ( Dokumen pribadi, 2019)

Setelah selesai isoma dan berfoto-foto di Pulau Pahawang Besar, kami melanjutkan trip ke Pulau Pahawang Kecil sekitar pukul 13:40. Pulau Pahawang Kecil terkenal dengan keindahan pasir timbulnya. Katanya kita bisa menyebrang menuju Pulau Pahawang Besar hanya dengan berjalan kaki dari Pulau Pahawang Kecil. Sesampainya di sana aku bertanya “Ini Pulau Pahawang Kecil?” . Kemudian Tour Guide menjawab “ Iya bang, kita sudah sampai di lokasi pertama Pulau Pahawang Kecil”. “Kok ga ada pasir timbulnya bang? Soalnya kata orang-orang dan aku baca di internet di sini ada pasir timbulnya. haox kali ya itu beritanya hehehe” tanya sepupuku. Ia pun menjawab lagi “ Iya bang biasanya emang ada bang pasir timbulnya, kayaknya waktu kita ga tepat bang pasirnya masih tenggelam. “ Oh kayaknya untuk waktu saat ini lagi pasang bro” tambah jawabku, kemudian sepupuku terdiam.

Mengingat saat menulis ini saya sudah semester 8 kuliah di Oseanografi ITB sekarang saya sudah bisa sedikit menjelaskan mengenai kapan itu pasir timbul di Pulau Pahawang bisa muncul. Berdasarkan data elevasi air laut Pulau Pahawang yang saya dapatkan dari TMD diperoleh data komponen pasang surut sebagai berikut:

Tabel 1. Komponen Pasang Surut Pulau Pahawang
Komponen Pasang Surut Pulau Pahawang (Sumber: dokumen pribadi,2021)

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai bilangan formzhal di Pulau Pahawang yaitu sekitar 0,53. Berdasarkan bilangan Fromzahl yang didapatkan, maka diketahui bahwa 0,25>F > 1,5 yang berarti tipe pasang surut di TPulau Pahawang adalah pasang surut campuran ganda. Pasang surut harian ganda ditandai dengan terjadinya dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi elevasinya yang hampir sama. Periode pasang surut ini rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Jenis harian ganda terjadi di beberapa wilayah di Indonesia lain contohnya di perairan sekitar selat Karimata serta laut antara Sumatra dan Kalimantan. Selain dari penghitungan Formzahl, jika dilihat dari Tabel di atasyaitu komponen pasang surut amplitudo m2 paling besar atau dengan kata lain m2 merupakan komponen dominan, m2 merupakan komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dengan periode sekitar 12,42 jam.

Hal ini juga sesuai dengan data elevasi muka air laut Pulau Pahawang pada tanggal 8 Juni 2019 yang saya peroleh dari http://tides.big.go.id/DEMNAS/. Berikut grafik elevasi dari data BIG tersebut:

Grafik Elevasi Air Laut Pulau Pahawang

Dari gambar di atas terlihat grafik menunjukan bentuk 2 gelombang dengan tinggi maksimum tiap gelombang berbeda. Hal ini menunjukan bahwa tipe pasang surut di Pulau Pahawang Campuran Ganda. selain itu tinggi elevasi maksimum pada hari itu berada di sekitar pukul 03:00 WIB sedangkan elevasi paling rendah berada pada pukul 10:00 WIB. Nah dari data grafik ini dengan pengalaman ku juga saat mengunjungi Pulau Pahawang Kecil pada sekitar pukul 14:00 WIB kondisi air laut yaitu menuju pasang (pasang). Pada saat ini tinggi elevasi muka air laut lebih besar daripada tinggi pasir timbu tersebut sehngga pasir timbul yang biasa nya terlihat saat surut pada waktu tersebut tidak terlihat karena tertutup oleh air laut yang sedang keadan pasang.

Spot Snorkling Cukuh Bedil ( Dokumen Pribadi, 2019)

Oke kita lanjutkan ke bagian tripnya ya heheh. Selanjutnya karena pasir timbul tidak terlihat maka untuk Trip di Pulau pahawang Kecil hanya sebentar yaitu sekitar 40 menitan untuk sedikit berfoto-foto. Jadi sekitar pukul 14:30 kami melanjutkan trip ke Spot Snorkling Cukuh Bedil. Nah kalau tempat yang satu ini merupakan salah satu spot snorkeling yang paling oke katanya, kedalaman spot disini hanya sekitar 1–3 Meter saja. Dan menurut berbagai sumber, yang cukup bisa dibanggakan disini adalah karangnya. Karang-karang besar masih hidup dengan gagahnya. Warga sekitar Pulau Cukuh Bedil juga bisa dibilang cukup peduli dengan keadaan bawah laut di sekitar Cukuh Bedil, meskipun karang-karang di sana masih banyak yang hidup, mereka juga tetap melakukan budidaya karang di sini. Warga juga membuat tulisan Taman Laut Pahawang dekat budi daya karang tersebut. Cukup banyak terdapat anemon disini dan kalau ada anemon maka ada clownfish juga disana, hanya saja jumlah clownfish disini tidak sebanyak yang ada di Spot Nemo.

Spot Snorkling Cukuh Bedil (Dokumen Prbadi,2019)

Akan tetapi saat aku mengunjungi Spot Snorkling Cukuh Bedil aku melihat banyak karang yang mati bahkan beberapa coral yang patah-patah. Hal ini kemungkinan terjadi karena prilaku pengunjung yang kurang peduli lingkungan seperti menginjak seenaknya sendiri. Walaupun begitu aku tetap menikmati keindahan spot snorkling di sini, karena masih banyak karang yang tumbuh indah.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadzir pada Februari-maret 2019 .

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nadzir didapatkan karakteristik terumbu karang meliputi persentase tutupan karang hidup dan jenis lifeform. Persentase tutupan karang hidup di Pulau Pahawang termasuk kedalam kategori sedang dengan persentase 32,11%. Jenis lifeform yang ditemukan antara lain : Acropora Branching, Coral Branching, Coral Massive, Coral Encrusting, Coral Foliose, Coral Mushroom, Coral Submassive. Berdasarkan karakteristik wisatawan, pola kegiatan wisata di Pulau Pahawang umumnya berlangsung pada akhir pekan yaitu hari pada sabtu dan minggu. Dari hasil pengamatan perilaku destruktif menginjak karang menjadi perilaku dengan peluang terjadi paling besar dengan nilai peluang sebesar 0,25. Jenis kerusakan karang yang mendominasi adalah kerusakan dengan jenis patahan-patahan dengan 31 kejadian. Dari hasil analisis indeks mortalitas, pada lokasi wisatawan melakukan kegiatan snorkeling didapatkan nilai indeks mortalitas sebesar 0,51. Hasil dari analisis dampak wisata bahari menunjukkan bahwa kegiatan snorkeling di Pulau Pahawang memberikan dampak kerusakan sebesar 40,40% pertahun terhadap luasan ekologis terumbu karang.

Jadi, buat teman-teman yang ingin berwisata dimanapun lokasinya tetap jaga kelestarian lingkungannya ya. jangan sampai gara-gara kecerobohan kita anak cucu kita nanti tidak dapat menikmatinya :).

Pulau Kelagian Lunik (Dokumen pribadi, 2019)

Dan trip terakhir kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kelagian Lunik, lunik di sini berarti kecil, kami sampai di sini sekitar pukul 16:00 WIB. Luasn pulau ini kurang lebih 1 hektar saja. Pengunjung biasanya memang lebih memilih pulau Kelagian Kecil dibanding pulau Kelagian Besar, karena suasana alamnya yang menurut banyak orang lebih indah terlebih karena suasana pantainya. Di sini menjadi lokasi trip terakhir yang kami kunjungi. di sini kami menikmati indahnya pasir putih ditambah jernihnya air laut. sehingga di pulau ini aku paling banyak mengambil gambar untuk didokumentasikan hehehhe. Oiya seiring bertambah waktu menjelang sore, suasana di Pulau Kelagian Kecil makin indah. Karena saat sore kita bisa melihat sunset yang indah banget.

Pulau Kelagian Lunik (Dokumen pribadi, 2019)
Pulau Kelagian Lunik (Dokumen pribadi, 2019)

Waktu tidak terasa, menjelang petang kami semua akhirnya kembali ke Pelabuhan Ketapang. Kami sampai di Pelabuhan Ketapang tepat saat adzan maghrib berkumandang. Nah ada sedikit kecelakaan yang menimpa salah satu rombongan open trip yang berasal dari Palembang. Saat dia turun dari perahu dan berjalan menuju pelabuhan, dia menginjak bulu babi dan langsung merasa kesakitan. Dia soalnya tidak memakai alas kaki saat berjalan di pinggir pelabuhan itu. Untungnya dia merupakan dokter muda, sehingga sembari menunggu pertolongan dari medis dia melakukan pertolongan pertama dengan meminum susu murni yang logo beruang, lalu membersihkan luka di kakinya.

Di pelabuhan aku langsung bersih-bersih dan bersiap kembali pulang. Untuk wisata hari itu aku merasa sangat senang dan bahkan ingin segera kembali ke sana dan menjelajah spot-spot lain. Jika anda berfikir, pulau ini sama seperti pulau-pulau wisata yang lainnya, anda akan berfikir ulang kembali, karena saat anda menginjakkan kaki dan mulai mencoba merasakan sensasi berwisata di pulau ini maka hanya akan ada rasa takjub dan keinginan untuk menghabiskan waktu berlama-lama disana. Oiya yang paling penting juga dalam berwisata kita tetap berhati-hati dan jangan ceroboh, agar keselamatan kita terjaga. Selain itu saat di tempat wisata manapun jangan sampai kita merusak atau mengganggu ekosistem di sana, agar keindahan alam dan keindahan tempat wisata itu dapat terjaga dan dapat dinikmati anak cucu kita.

Sekian cerita dari aku, semoga ceritaku bisa bermanfaat bagi kalian ya dan tentunya dapat menambah destinasi tujuan wisata anda untuk dikunjungi. dan apabila ada yang salah dan koreksi penulis sangat terbuka untuk dikomentari. Karena itu sangat berguna untuk aku menjadi lebih baik lagi aminn.

Sumber:

Badriawan, Nadzir (2019) Analisis Kerusakan Terumbu Karang Di Pulau Pahawang, Provinsi Lampung. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Supriyadi,dkk., 2019, ANALISIS PASANG SURUT DI PERAIRAN PAMEUNGPEUK, BELITUNG, DAN SARMI BERDASARKAN METODE ADMIRALTY, Jakarta, Pusat Meteorologi Maritim BMKG Jakarta Pusat.

TMD

https://merahputih.com/post/read/pulau-pahawang-serasa-melancong-ke-pulau-pribadi

--

--

Agus Suryadi
Agus Suryadi

Responses (1)